Shalawat Ulul Azmi Imam al-Jazuliy

Shalawat Imam al-Jazuliy

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآدَمَ وَنُوْحٍ وَإِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى وَعِيْسَى وَمَا بَيْنَهُمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ . صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ.

Artinya:” Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan keberkahan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan seluruh Nabi dan Rasul di antara mereka. Semoga rahmat dan salam Allah selau tercurah kepada mereka semua.”

Shalawat ini dinamakan shalawat Ulul Azmi, lantaran di dalam redaksinya disebutkan lima nama-nama Rasul Ulul Azmi yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Menurut pendapat Imam Athiyyah dan Imam Mujahid, kelima Rasul itulah yang mendapat gelar Ulul Azmi. Sedangkan menurut pendapat Imam al-Hasan, Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi ada empat yaitu: Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Isa. Didahulukan penyebutan Nabi Adam karena beliau merupakan Nabi pertama dan manusia pertama.

Keutamaan Membaca Shalawat Ulul Azmi

Syaikh Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy mengatakan:

مَنْ قَرَأَهَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَكَأَنَّمَا خَتَمَ الْكِتَابَ يَعْنِي دَلاَئِلَ الْخَيْرَاتِ

Artinya:” Siapa saja yang membaca shalawat Ulul Azmi sebanyak tiga kali, seakan-akan ia mendapat pahala mengkhatamkan kitab Dalail al-Khairat.”[1]

Biografi Imam Muhammad Sulaiman al-Jazuliy

Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy al-Simlaliy al-Syarif al-Hasaniy. Beliau dilahirkan di Jazulah yaitu disebuah kabilah dan Barbar di pantai negeri Maghrib, Maroko, Afrika. Bahwa bumi Maroko adalah gudang ulama dan wali, bahkan di kota Fas Maroko saja terdapat jutaan ulama yang lahir dan dikuburkan di kota tersebut, yang dikenal melalui berbagai kitab karyanya yang beredar di berbagai penjuru dunia.

Imam al-Jazuliy belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqah atau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang bermacam-macam sehingga namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab “Dalail al Khairat”.

Kronologi Imam Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy mengarang kitab shalawat Dalail Khairat, suatu ketika tengah berjalan-jalan di padang pasir. Ketika waktu shalat tiba, beliau berusaha mencari sumber air untuk berwudhu dan melepaskan dahaganya. Setelah beberapa saat menyusuri padang pasir, beliau menemukan sebuah sumur yang sangat dalam. Sumur itu masih menyimpan air, tapi sayang Imam al-Jazuliy tak menemukan alat untuk mengambil air dari sumur.

Ketika beliau tengah kebingungan mencari alat untuk mengambil air, tiba-tiba beliau melihat seorang anak perempuan kecil menghampiri beliau dari tempat ketinggian. Anak kecil itu bertanya, “Siapakah anda tuan, mengapa anda berada di tempat yang sesunyi ini?”

Imam al-Jazuliy lantas menjelaskan hal ihwal beliau dan kesulitan yang tengah menimpanya. “Anda adalah seseorang yang terpuji yang terkenal karena keshalehan Anda!” seru anak kecil itu. Anak kecil perempuan melihat Imam al-Jazuliy tampak kebingungan mencarikan alat untuk mengeluarkan air dari dalam sumur. Setelah agak lama mencari namun tak juga menemukan, si anak lalu mendekat ke bibir sumur dan meludah ke dalamnya. Ajaib, air sumur tiba-tiba meluap sampai ke atas permukaan tanah!

Setelah minum dan merampungkan wudhunya, Imam al-Jazuliy lantas berkata, “Wahai anak kecil, sungguh aku kagum kepadamu! Dengan amal apakah engkau dapat meraih kedudukan setinggi ini?” Anak perempuan kecil itu menjawab, “Dengan memperbanyak membaca shalawat kepada orang yang apabila ia (Nabi Muhammad) berjalan di padang belantara, binatang-binatang buas akan mengibas-ngibaskan ekornya (menjadi jinak).”

Setelah mendengar penuturan anak kecil itu, Imam Al Jazuliy lantas bernadzar untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang shalawat untuk Nabi Muhammad. Kelak, setelah kitab tersebut selesai ditulisnya, kitab itu dinamainyaDalailul Khairat. Sebuah kitab yang masih terus dibaca hingga kini karena keberkahannya yang luar biasa. Dikemudian hari, Syaikh Uwais Ibn Abdullah al-Mujtabi al-Husainiy membuat Mukhtashar (ringkasan) kitab Dalail al-Khairat dengan nama al-Budur al-Nayyirat Fi Ikhtishar Dalail al-Khairat.

Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu, Imam al-Jazuliy mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas ke desa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syaikh Abu Abdilah Muhammad Ibn Abdullah al-Shaghir seorang penduduk di pinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya. Kemudian Imam al-Jazuliy melaksanakan khalwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dan khalwatnya untuk mengabdikan diri dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalail Khairat” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 862 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.

Beliau wafat waktu melaksanakan shalat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H. Beliau dimakamkan setelah waktu shalat Dzuhur pada hari itu juga di tengah masjid yang beliau bangun. Beliau tidak memiliki putra lelaki sehingga kekhalifahan beliau dilanjutkan oleh para murid-murid beliau diantaranya adalah: Syaikh Muhammad al-Shaghir al-Sahaliy dan Syaikh Muhammad Abdul Karim al-Mundziriy.

Sebagian karamah Imam al-Jazuliy adalah setelah 77 tahun dari wafat beliau, makam beliau dipindahkan dari kota Sus ke kota Marakisy, dan ternyata ketika jenazah beliau dikeluarkan dari kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Marakisy sering diziarahi oleh banyak orang.

Sebagian besar dan peziarah itu membaca kitab Dalail al-Khairat di sana, sehingga dijumpai di makam itu bau semerbak minyak misik yang amat harum karena begitu banyak dibacakan shalawat salam kepada Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu Dalail al-Khairat.[2]

Akhirnya beliau mendapat predikat sebagai seutama-utamanya orang yang bersama Rasulullah kelak karena banyaknya pengikut beliau untuk membaca shalawat, sebagai mana Rasulullah bersabda:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَإِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاةً .

Artinya: “Manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca Shalawat untukku.”[3]

dikutip dari buku:

فَاتِحُ اْلأَسْرَارِ وَمُفَرِّجُ الْهُمُوْمِ وَاْلأَغْيَار

فِي فَضَائِل ِاَحَدَ عَشَرَ صَلَوَاتٍ عَلَى النَّبِيّ الْمُخْتَار

Pembuka Segala Rahasia Penghempas Lara Dan kesulitan

Dalam Menguak Keutamaan 11 Shalawat Para Auliya

kepada Nabi Muhammad

H. Rizki Zulqornain Asmat Cakung

Khodimut Thalabah Yayasan al-Muafah


[1] Syaikh Muhammad al-Mahdi Ibn Ahmad al-Fasiy, Mathali’ al-Masarrat Bi Jala Dalail al-Khairat (Jedah: al-Haramain) h. 249; Syaikh Ahmad Ibn Muhammad al-Shawiy al-Malikiy al-Khalwatiy, al-Asrar al-Rabbaniyyah Wa al-Fuyudhat al-Rabbaniyyah Syarh al-Shalawat al-Dardiriyyah (Surabaya: Syirkat Bungkul Indah) h. 36; Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy, Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat (Beirut: Dar al-Fikr  2004) h. 145.

[2] Syaikh Muhammad al-Mahdi Ibn Ahmad al-Fasiy, Mathali’ al-Masarrat Bi Jala Dalail al-Khairat (Jedah: al-Haramain) h. 3-4; Syaikh Abdul Majid al-Syarnubi, Syarh Dalail al-Khairat (Kairo: Maktabah al-Adab) h. 4-5.

[3] Riwayat Imam al-Tirmidziy dalam kitab Sunannya hadis no: 446.